KONSEP STRATEGI PAIKEM

Konsep Pembelajaran Aktif,inovatif, Kreatif Efektif dan Menyenangkan (PAIKEM)
Pembelajaran merupakan salah satu unsur penentu baik tidaknya lulusan yang dihasilkan oleh suatu sistem pendidikan. Pembelajaran ibarat jantung dari proses pendidikan. Pembelajaran yang baik cenderung menghasilkan lulusan dengan hasil belajar yang baik pula. Demikian pula sebaliknya.
Hasil belajar pendidikan di Indonesia dipandang kurang baik. Sebagian besar siswa belum mampu menggapai potensi ideal atau optimal yang dimiliki seperi yang diharapkan. Oleh sebab itu, perlu adanya perubahan proses pembelajaran dari kebiasaan yang sudah berlangsung selama ini (tradisional). Pembelajaran yang saat ini sedang dikembangkan dan banyak diperkenalkan ialah Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan yang singkat PAIKEM. Disebut demikian sebab pembelajaran ini dirancang agar mengaktifkan anak,Memberi ruang kepada anak untuk berinovatif, mengembangkan kreativitas, sehingga efektif namun tetap menyenangkan. Dalam  catatan  sejarah    pendidikan Nasional, telah dikenal beberapa pendekatan atau strategi Pembelajaran ,seperti SAS (Sintesis, A nalisis, Sistematis) CBSA (Cara belajar peserta didik aktif), CTL (Contextual Teaching and Leaning), Laife Skill Education, PAKEM (Pembelajaran aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan) dan yang paling dikenal terakhir adalah Istilah PAIKEM.   
Pembelajaran Aktif adalah proses pembelajaran yang mengharuskan guru menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan, dan menggunakan gagasan. Belajar memang merupakan suatu proses aktif dari si pembelajar dalam membangun pengetahuannya, bukan proses pasif yang hanya menerima kucuran ceramah guru tentang pengetahuan. Jika pembelajaran tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif, maka pembelajaran tersebut bertentangan dengan hakikat belajar. Peran aktif dari siswa sangat penting dalam rangka pembentukan generasi yang kreatif, yang mampu mengahsilkan sesuatu untuk kepentingan dirinya dan orang lain.
Inovatif adalah pembelajaran yang selalu memberikan penekanan perubahan
Kreatif dimaksudkan guru menciptakan suasana kegiatan belajar mengajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa. Kreativitas berasal dari bahasa Inggris creativity yang berarti kesanggupan mencipta atau daya cipta. Mengenai definisi kreativitas terdapat bermacam-macam, tergantung pada bagaimana dan dari segi mana orang melihatnya. Tidak ada satu definisipun yang dianggap mewakili pemahaman yang beragam tentang kreativitas. Hal ini disebabkan pertama, sebagai suatu konstruk hipotesis, kreativitas merupakan ranah psikologis yang kompleks dan multidimensional yang mengundang berbagai penafsiran. Kedua, definisi-definisi kreativitas memberikantekanan yang berbeda-beda tergantung dasar teori yang menjadi acuan pembuat definisi.
Menurut Dedi Supriadi, (1994:7) Berdasarkan penekanannya, definisi-definisi yang ada tentang kreativitas dapat dibedakan ke dalam bentuk person, proses, produk, dan press. Rhodes menyebut keempat definisi kreativitas sebagai “the four P’s of Creativity”. Definisi kreativitas yang menekankan dimensi person dikemukakan misalnya oleh Guilford, “Creativity refers to the abilities that are characteritics of creative people”. Definisi yang menekankan segi proses diajukan oleh Munandar, “ Creativity is a process that menifests itself in fluency, in flexibility as well in originality is the ability to bring something new existence”. Sementara Amabile mengemukakan, “Creativity can be regarded as the quality of products or responses judged to be creative by appropriate observers”.
Konsep kreativitas selalu bertolak dari kriteria tentang apa yang disebut kreatif. Fuad Nashori misalnya, menyatakan bahwa orang yang kreatif memiliki kebebasan berpikir dan bertindak. Kebebasan tersebut berasal dari diri sendiri, termasuk di dalamnya kemampuan untuk mengendaliakan diri dalam mencari alternatif yang memungkinkan untuk mengaktualisasikan potensi yang dimilikinya. Di pihak lain, dalam pandangan Guilford kreativitas adalah kemampuan berpikir untuk menjajaki bermacam-macam alternatif jawaban terhadap suatu persoalan.
Setelah diadakan penelitian mengenai kreativitas dengan menggunakan analisis faktor, Guilford menemukan bahwa faktor terpenting yang merupakan ciri dari kemampuan berpikir kreatif adalah: pertama, fluency, Kesigapan kelancaran, kemampuan untuk menghasilkan banyak gagasan. Kedua, fleksibilitas, kemampuan untuk menggunakan bermacam-macam pendekatan dalam mengatasi persoalan. Ketiga, originalitas, kemampuan untuk mencetuskan gagasan-gagasan baru. Keempat, elaborasi, kemampuan untuk melakuakn hal-hal secara detail terperinci. Dan, kelima, redefinition, kemampuan untuk merumuskan batasan-batasan dengan melihat dari sudut lain daripada cara-cara yang lazim. Jadi, kreativitas merupakan kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru baik berupa gagasan, maupun karya nyata yang relatif berbeda dengan apa yang ada sebelumnya. Namun demikian, terdapat tiga persyaratan untuk kreativitas yaitu kemampuan intelektual yang memadai, motivasi, komitmen untuk mencapai keunggulan, dan penguasaan terdapat bidang ilmu yang ditekuni. Ketiga aspek ini secara interaktif membentuk prilaku kreatif yang kemudian menghasilkan produk kreatif.
Tujuan pengembangan kreativitas siswa dalam pendidikan Islam adalah untuk menghasilkan out put yang handal dan kreatif. Pada sisi ini pendidikan Islam harus dapat mengembangkan anak didik yang memiliki kemampuan daya kreatif yang tinggi. Menurut Suharsimi Arikunto bahwa anak didik yang kreatif mempunyai tiga ciri yang menonjol, yaitu: pertama, mempunyai pemikiran asli atau orisinil (originality), kedua, mempunyai keluwesan (flexibility), ketiga, menunujukkan kelancaran proses berpikir (fluency). Dengan ciri utama tersebut anak didik yang kreatif mampu menghasilkan sesuatu yang tidak sederhana dan berbeda dari yang lain.
Dalam pengembangan kreativitas siswa bertolak dari asumsi bahwa setiap orang pada dasarnya memiliki potensi kreatif dan kemampuan untuk mengukapkan dirinya secara kreatif masing-masing dalam bidang dan dalam  kadar yang berbeda-beda. Pengembangan kreativitas siswa dapat menggunakan pendekatan atau strategi empat P yaitu kreativitas ditinjau dari aspek pribadi, pendorong, proses, dan produk.
d.  Pribadi
Suharsimi Arikunto, (1993:78) Kreativitas adalah ungkapan dari keunikan individu dalam interaksi dengan lingkungannya. Dari ungkapan pribadi yang unik inilah dapat diharapkan timbulnya ide-ide baru dan produk-produk yang inovatif. Oleh karena itu, pendidik hendaknya dapat menghargai keunikan pribadi dan bakat-bakat siswanya dan jangan mengharapkan semua melakukan dan menghasilkan hal-hal yang sama, atau mempunyai minat yang sama. Hendaknya membantu siswa menemukan bakat-bakatnya dan menghargainya.
e.Pendorong
Untuk mewujudkan bakat kreatif siswa diperlukan dorongan dan dukungan dari lingkungan (motivasi eksternal), yang berupa apresiasi,dukungan, pemberian penghargaan, pujian, insentif, dan lain-lainnya, dan dorongan kuat dalam diri siswa itu sendiri (motivasi internal) untuk menghasilkan dorongan internal dan dorongan eksternal sama-sama diperlukan. Pendidik harus berupaya untuk dapat memupuk dan meningkatkan dorongan eksternal dan dorongan internal siswa itu. Namun, pendidik perlu berhati-hati pula jangan sampai dorongan eksternal yang berlebihan atau yang tidak ada tempatnya justru dapat melemahkan dorongan internal (minat dan kebutuhan) siswa.
 f.Proses
Untuk mengembangkan kreativitas siswa perlu diberi kesempatan untuk bersibuk diri secara kreatif. Pendidik hendaknya dapat merangsang anak untuk melibatkan dirinya dalam berbagai kegiatan kreatif. Dalam hal ini yang terpenting adalah memberikan kebebasan kepada siswa untuk mengekspresikan dirinya secara kreatif misalnya dalam tulisan, lukisan, bangunan dan sebagainya, tentu saja dengan persyaratan tidak merugikan orang lain atau lingkungan. Produk yang kreatif akan muncul dengan sendirinya dalam iklim yang menunjang, menerima dan menghargai anak. Perlu pula diingat bahwa kurikulum sekolah yang terlalu padat sehingga tidak ada peluang untuk kegiatan kreatif, dan jenis penugasan yang menoton, tidak menunjang pengembangan kreativitas siswa.
Hendaknya orang tua dan guru menyadari   bahwa waktu luang seyogyanya digunakan untuk melakukan kegiatan konstruktif yang diminati anak, dan tidak belajar semata-mata atau melakukan kegiatan yang pasif apalagi destruktif. Wallas dalam bukunya “The Art of Thought” yang dikutip Utami Munandar menyatakan bahwa pengembangan kreativitas dari dimensi proses ada empat tahap, yaitu: tahap persiapan, tahap inkubasi, tahap iluminasi dan tahap verifikasi atau evaluasi. Pada tahap pertama, seorang mempersiapkan diri untuk memecahkan masalah dengan belajar berpikir, mencari jawaban, bertanya kepada orang lain dan sebagainya. Pada tahap kedua kegiatan menghimpun data tidak dilanjutkan. Tahap inkubasi adalah tahap dimana individu seakan-akan melepaskan diri untuk sementara dari masalah tersebut, dalam arti bahwa ia tidak memikirkan masalahnya secara sadar melainkan “mengeramnya” dalam alam prasadar. Sedangkan tahap iluminasi adalah tahap timbulnya “insight”, saat timbulnya inspirasi atau gagasan baru, beserta proses-proses psikologis yang mengawali dan mengikuti munculnya inspirasi baru. Tahap verifikasi atau evaluasi adalah tahap dimana ide atau kreasi dan konvergen. Dengan kata lain proses divergensi (pemikiran kreatif) harus diikuti oleh proses konvergensi (pemikiran kritis).
Oleh sebab itu, dalam proses pendidikan perlu adanya pendekatan keterampilan proses.  Dalam keterampilan proses ini peserta didik diberikan kebebasan untuk mengadakan pengamatan, pengklasifikasian, penafsiran, peramalan, penerapan, perencanaan, penelitian dan pengkomunikasian hasil pendidikan dalam kegiatan belajar mengajar. Dengan pendekatan ini diharapkan kreativitas peserta didik dapat berkembang.
g.Produk
Kondisi yang memungkinkan seseorang menciptakan produk kreatif yang bermakna adalah kondisi pribadi dan lingkungan, yaitu, sejauh mana keduanya mendorong seseorang untuk melibatkan dirinya dalam proses (kesibukan, kegiatan) kreatif. Dengan menekuni bakat dan ciri-ciri pribadi kreatif peserta didik, dan dengan dorongan untuk bersibuk diri secara kreatif, dengan menyediakan waktu dan sarana dan prasarana yang menggugah minat anak meskipun tidak perlu mahal, maka produk-produk kreativitas anak dipastikan akan timbul.
Efektif merupakan kondisi pembelajaran yang membawa hasil guna yang lebih tinggi (KBBI: 219). Keefektifan ini menjaadi begitu penting mengingat pemerolehan hasil pendidikan tidak seperti yang diharapkan. Fenomena yang terjadi dan yang menjadi persoalan selama ini ialah adanya gejala yang menunjukkan bahwa pendidikan di negara kita masih juga tertinggal dari negara-negara lain. Salah satu bukti ialah rendahnya prestasi belajar siswa Indonesia seperti yang dicermati oleh Trens in International Mathematics and Scienci Studi (TIMSS). Instituasi ini membandingkan
Prestasi belajar para pelajar yang menunjukkan posisi Indonesia pada urutan ke 36 dari 45 negara yang diteliti. Dengan demikian, isu peningkatan kualitas pembelajaran dan efektifitas pembelajaran memang perlu ditindaklanjuti. Salah satu strategi yang ditempuh ialah dengan menyelenggarakan pembelajaran yang efektif. Guru harus yakin bahwa ketika pembelajaran sudah berakhir maka semua siswa telah menguasai indikator-indikator pembelajaran serta kompetensi-kompetensi yang dikehendaki.
                   Menyenangkan adalah suasana belajar-mengajar yang kondusif dan responsive sehingga siswa memusatkan perhatiannya secara penuh pada belajar sehingga waktu tercurah perhatiannya (time on task) tinggi. Menurut hasil penelitian tingginya waktu curah perhatian terbukti meningkatkan  hasil belajar. Keadaan aktif dan menyenangkan tidaklah cukup jika proses pembelajaran tidak efektif yaitu tidak menghasilkan apa yang harus dikuasai siswa setelah pembelajaran berlangsung, sebab pembelajaran memiliki  sejumlah tujuan pembelajaran yang harus dicapai. Jika pembelajaran tersebut tak ubahnya seperti bermain belaka.
      Secara garis besar PAIKEM dapat digambarkan sebagai berikut :
 a.Siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan   pemahaman dan kemampuan mereka dengan pada belajar melalui berbuat.
 b Guru menggunakan berbagai alat Bantu dan berbagai cara dalam membangkitkan semangat termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan, dan cocok bagi siswa.
1.Guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan belajar yang lebih menarik dan menyediakan pojok baca.
2.Guru meneapkan cara mengajar yang lebih komparatif, termasuk cara belajar kelompok.
3.Guru mendorong siswa untuk menemukan caranya tersendiri dalam pemecahan masalah, untuk mengungkapkan gagasannya, dan melibatkan siswa dalam menciptakan  lingkungan sekolahnya.
Menurut Suud Karim (2003:5) secara lebih detil dapatlah disebutkan bahwa apa yang harus diperhatikan dalam melaksanakan PAIKEM ialah guru seyogyanya :
Memahami sifat yang dimiliki anak
         Pada dasarnya anak memiliki sifat rasa ingin tahu dan berimajinasi. Anak desa, anak kota, anak orang kaya, anak orang miskin, anak Indonesia atau bukan anak Indonesia selama mereka  normal terlahir memiliki kedua sifat itu. Kedua sifat tersebut merupakan modal dasar bagi pengembangan sikap / berpikir  kritis dan kreatif.
                 Kegiatan pembelajaran merupakan salah satu lahan yang harus kita olah sehingga subur  bagi berkembangnya kedua sifat anugerah Tuhan tersebut. Suasana pembelajaran yang ditunjukkan dengan guru memuji anak karena hasil karyanya, guru mengajukan pertanyaan yang menantang, dan guru yang mendorong anak untuk melakukan percobaan, misalnya, merupakan pembelajaran yang subur seperti yang dimaksud.
 2.Mengenal anak secara perorangan
           Para siswa berasal dari lingkungan keluarga yang bervariasi dan memiliki kemampuan yang berbeda. Dalam PAIKEM perbedaan individual perlu diperhatikan dan harus tercermin dalam kegiatan pembelajaran. Semua anak dalam kelas tidak selalu mengerjakan kegiatan yang sama, melainkan berbeda sesuai dengan kecepatan belajarnya.
          Anak-anak yang memiliki kemampuan lebih dapat dimanfaatkan untuk membantu temannya yang lemah (tutor sebaya). Dengan mengenal kemampuan anak, kita dapat membantunya bila mendapat kesulitan sehingga anak tersebut belajar secara optimal.
3.Memanfaatkan perilaku anak dalam pengorganisasian belaja
           Sebagai makhluk social, anak sejak kecil secara alami anak selalu ingin bersama dengan yang lain. Misalnya, dalam kegiatan bermain mereka akan mencari pasangan atau berkelompok. Hal itu merupakan sunnatullah sebab memang manusia diciptakan secara berpasangan dan berkelompok.Kebiasaan berprilaku seperi ini dapat dimanfaatkan dalam pengorganisasian belajar. Dalam melakukan tugas atau membahas sesuatu, anak dapat bekerja berpasangan atau dalam kelompok. Berdasarkan pengalaman, anak akan menyelesaikan tugasnya dengan baik bila mereka duduk berkelompok. Duduk seperti itu memudahkan mereka untuk berinteraksi dan bertukar pikiran. Namun demikian anak perlu, juga menyelesaikan tugas secara perorangan agar bakat individualnya berkembang.
2.2   Konsep Pendidikan Agama Islam (PAI)
        Pendidikan adalah suatu tindakan(action) yang diambil oleh suatu masyarakat, kebudayaan, atau peradaban untuk memlihara  kelanjutan hidupnya (survival). Azumardi Azra (1999 : 3)menyebutkan bahwa pendidikan ialah suatu proses dimana suatu bangsa mempersiapkan generasinya untuk menjalankan kehidupannya secara lebih efektif dan efisien. Langgulung (198 :92) menyebutkan bahwa pendidikan agama islam ialah suatu tindakan (action) yang diambil oleh suatu masyarakat, kebudayaan, peradaban untuk memelihara  berdasarkan agama Islam.
Lebih lanjut Hasan Langgulung menyebutkan bahwa para ahli sejarah pendidikan dan pakar budaya membagi fungsi pendidikan itu menjadi tiga. pertama, pendidikan berfungsi menyiapkan generasi muda untuk memegang peranan-peranan tertentu dalam masyarakat pada masa mendatang. Kedua pendidikan berfungsi memindahkan  ilmu pengetahuan yang bersangkut paut dengan peranan-peranan tersebut dari generasi tua kepada  generasi muda. Ketiga, pendidikan berfungsi memindahkan  nilai-nilai yang bertujuan untuk memelihara keutuhan dan kesatuan masyarakat yang menjadi syarat mutlak bagi kelangsungan hidup masyarakat yang berperadaban. Pada bagian ketiga inilah corak pendidikan itu sudah tergambar, sebab Islam terkait dengan nilai-nilai.
Pendidikan telah didefinisikan secara berbeda-beda oleh orang-orang yang berlainan latar belakang sesuai dengan pendapatnya masing-masing. Akan tetapi, pendapat-pendapat itu bertemu dalam satu pandangan, bahwa pendidikan adalah suatu proses dimana suatu bangsa mempersiapkan generasi mudanya untuk menjalankan kehidupan can untuk memenuhi tujuan hidup secara lebih efektif dan efisien.
Pada sisi lain, kata Islam merupakan sumber keyakinan bagi orang mukmin. Kepada Allah SWT, yang menegaskan Islam adalah satu-satunya agama yang diridlhoi olehNya dan diperintahkan kepada manusia untuk memeluknya. Kehadiran  Islam sebagai agama merupakan rahmaanlillalamin, dan anugerah yang utama bagi manusia. Manusia dengan segala kelemahan yang ada padanya tidak akan dapat manusia. Manusia dengan segala kelemahan yang ada padanya tidak akan dapat memahami agama Islam ini tanpa melalui pendidikan. Pendidikan amat diperlukan manusia sebagai sarana untuk mengetahui apa dan bagaimana Islam itu sebenarnya sehingga efektif untuk mampu membimbing dirinya sendiri. Oleh sebab itu, Islam dan pendidikan mempunyai hubungan yang sangat erat.
Pendidikan lebih daripada sekedar pengajaran. Dalam kenyataannya, pendidikan adalah suatu proses dimana suatu bangsa atau Negara membina dan mengembangkan kesadaran diri diantara individu-individu. Dengan kesadaran tersebut, suatu bangsa atau Negara dapat  mewariskan  kekayaan budaya atau pemikiran kepada generasi berikutnya, sehingga menjadi inspirasi bagi mereka dalam setiap aspek kehidupan. Kondisi seperti itu tidak terdapat dalam pengajaran, sebab pengajaran hanya bertumpu pada aspek transfer materi dari pemikiran kepada generasi berikutnya, sehingga menjadi inspirasi bagi mereka dalam setiap aspek kehidupan. Kondisi seperti itu tidak terdapat dalam pengajaran, sebab pengajaran hanya bertumpu pada aspek transfer materi dari guru kepada murid.
           Oleh karena itu, pendidikan benar-benar merupakan latihan fisik, mental dan moral bagi individu-individu, supaya mereka menjadi manusia yang berbudaya. Tujuannya ialah agar ia mampu memenuhi tugasnya sebagai manusia dan menjadi warga Negara yang berarti bagi nusa dan bangsa. Tujuan seperi itu sejalan dengan fungsi hakiki manusia yaitu sebagai khalifah.
           Dalam literatur Islam, ada tiga kata Arab untuk menyebutkan makna pendidikan yaitu tarbiyah, ta’lim dan ta’daib. Kata tarbiyah terbentuk dari kata rabba, seperti dalam kalimat  rabba as-sabi hatta adrak, yang berarti memelihara, pengasuhan dan pemeliharaan. Dengan demikian tarbiyah  berarti memelihara, mengasuh, mendidik. Dengan demikian, tarbiyah            berarti pendidikan, pengasuhan, dan pemeliharaan Kata tarbiyah ini umum digunakan dalam konteks lembaga pendidikan. Dipihak lain, kata ta’lim adalah kata benda bentukkan dari kata kerja ‘allama yang mendapatkan syaddah pada ‘ain fillnya, yang berarti ja’alah ya  ‘ alamahu  (membuatnya tahu), atau istilah yang umum ialah mengajar. Dengan demikian ta’lim berarti pengajaran.
         Selain itu juga dikenal kata ta’dib kata ta’dib terbentuk  dari kata addaba yang mendapatkan syaddah pada ‘ain fiilnya yaitu addaba yang berarti ‘allamahal –adab ( mengajarkan budi pekerti). Dengan demikian, kata ta’dib berarti pendidikan ( tahzib)
          Kata tarbiyah, menurut Naquib al-attlas, merupakan  istilah relative baru yang dibuat orang untuk mengaitkan diri mereka dengan modernisme. Kata ini juga mengacu pada segala bentuk yang bersifat fisik dan material. Didalamnya tercangkup spesies hewan dan tidak dibatasi pada hewan berakal ( manusia). Kata  itu lebih mencerminkan konsep Barat, meskipun di dalamnya tercakup latihan intelektual dan moral, tetapi tidak berarti ia inheren dalam istlah education melainkan suatu tambahan  yang dikembangkan dari spekulasi filsafat tentang etika. Disamping itu, latihan itu, latihan intelektual dan moral yang ditunjukkannya, disesuaikan dengan tujuan-tujuan material berkenaan dengan manusia sekuler, masyarakat, dan Negara. Dengan meilih kata ta’dib sebagai pengganti istilah tarbiyah,maka pendidikan Islam itu diartikan oleh Syed Nuqueb Al-Attas sebagai berikut :
“Pengenalan dan pengalaman yang secara berangsur-angsur ditanamkan ke dalam manusia tentang yang tepat dan segala sesuatu di dalam tatanan penciptaan sedemikian rupa, sehingga hal ini membimbing ke araha pengenalan dan pengakuan tempat Tuhan yang tepat dalam tatanan wujud dan keberadaan.
Kata ta’lim terbentuk dari kata kerja allama, sudah dugunakan sejak zaman Nabi Muhammad Saw baik dalam al-quran, hadist maupun  dalam pemahaman sehari-hari. Kata ini lebih banyak dipergunakan dalam al- Quran.
Dari segi bahasa, perbedaan dari kedua kata tersebut cukup jelas. Tak hanya perbedaannya, akan tetapi sinambung kedua kata itu pu juga jelas. Perbandingan arti ta’lim dengan kata dasar ‘allama dan kata tarbiyah dengan kata dasar rabba, dapat dilihat dalam ketiga ayat berikut:  
وعلم ادم الا سما ءكلها ثم عرضهم علي الملئكة فقال انبؤني با سما ء هؤلاء
“ Dan dia mengajarkan kepada Adam nama-nama ( benda-benda ) seluruhnya …. ( QS. Al- Baqarah 2: 3)  

Kata ‘allama pada ayat 31 surat al- Baqarah diatas mengandung pengertian sekedar memberi tahu atau memberi pengetahuan, karena sedikit sekali kemungkinan membina kepribadian Nabi Adama.s  melalu nama benda-benda. Lain halnya dengan kata rabba, yang mengandung makna pembiasaan, pembinaan, pemeliharaan.
Pemaknaan pendidikan agama Islam sesungguhnya terkait erat dalam kata tarbiyah ta’lim dan ta’dibMasing-masing kata tersebut memiliki tekana kata yang berbeda. Oleh karena itu, dengan tekanan yang berbeda dari masing-masing kata itu, justru dapat saling mengisi. Dengan demikian, kata tarbiyah, ta’lim dan ta’dib tidaklah perlu dipertentangkan.
Kata tarbiyah menekankan pada proses pembinaan dan pengarahan bagi pembentukan kepribadian dan sikap mental. Kata ta’lim memberikan  pemahaman pada proses pemberian pengetahuan. Sedangkan kata ta’dib memberikan tekanan pada proses pembinaan terhadap sikap moral dan etika kehidupanh yang lebih mengacu pada peningkatan martabat manusia. Secara umum, oleh D. Marimba pendidikan diartikan sebagai bimbingan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani terdidik menuju terbentuknya kepribadian utama  Untuk membedakan pendidikan Islam dengan pendidikan umum, dapat dilihat jika kita kembali kepada salah satu pengertian pendidikan ( umum) yakni bahwa pendidikan adalah prose pemindahan nilai-nila budaya dari suatu generasi berikutnya. Perbedaan ini adalah menyangkut nilai-nilai yang dipindahkan.
Dalam pendidikan Islam nilai-nilai yang dipindahkan itu berasal dari sumber-sumber nilai Islam yakni al-Qur’an, Sunnah, dan jtihad. Hasan Langgulung secara rinci menyebutkan bahwa dalam Islam terdapat lima macam sumber nilai yang diakui. Kelima nilai yang dimaksud ialah (1) al-Qur’an, (2) sunnah nabi, (3) Qiyas, (4) kemaslahatan sosial, dan (5) kemaslahatan umum. Nilai-nilai itulah yang diusahakan pendidikan Islam untuk dipindahkan dari satu generasi kepada generasi selanjutnya, sehingga terjadi kesinambungan ajaran-ajaran Islam di tengah masyarakat. Barangkali, pendidikan yang bukan Islam hanya menggunakan dua nilai yang terakhir yaitu kemashlahatan sosial dan kemashlahatan umum. yang terakhir ini berasal dari adat istiadat dan pemikiran para ahli.Sudah barang tentu tentu adat dan hasil pemikiran itu ada yang terpengaruh oleh agama, dan ada pula yang benar-benar adat dan pemikiran manusia saja. yang terakhir ini berasal dari adat istiadat dan pemikiran para ahli. Dari keterangan di atas tepat sekali bila pendidikan Isalam dirumuskan Hasan Langgulung sebagai “proses penyiapan generasi muda untuk mengisi peranan, memindahkan pengetahuan dan nilai-nilai Islam yang diselaraskan dengan fungsi manusia untuk beramal di dunia dan memetik hasilnya di akhirat.
Dari keterangan di atas tepat sekali bila pendidikan Isalam dirumuskan Hasan Langgulung sebagai “proses penyiapan generasi muda untuk mengisi peranan, memindahkan pengetahuan dan nilai—nilai Islam yang diselaraskan dengan fungsi manusia untuk beramal di dunia dan memetik hasilnya di akhirat. Secara tegas Yusuf al Qardhawi juga memberikan batasan tentang pendidikan Islam. Menurutnya, pendidikan Islam ialah pendidikan manusia seutuhnya; akal dan hatinya, rohani dan jasmaninya; akhlak dan keterampilannya. Lebih rinci atau detail tentang batasan pengertian pendidikan agama Islam ini ialah batasan dari Enadang Syaifuddin Anshori. Ia menjelaskan bahwa yang dimaksud pendidikan Islam ialah:
“Proses bimbingan (pimpinan, tuntunan, usulan) oleh subjek didik terhadap perkembangan jiwa (pikiran, perasaan, kemauan, intuisi, dan lain sebagainya) dan raga objek didik dengan bahan-bahan materi tertentu dan dengan alat perlengkapan yang ada ke arah terciptanya pribadi tertentu disertai evaluasi sesuai dengan ajaran Islam.” Batasan-batasan pendidikan agama Islam yang disampaikan oleh para pakar di atas memperlihatkan adanya perbedaan antara pendidikan umum dengan pendidikan Islam. Perbedaan-perbedaan itu terasa cukup signifikan dan esensial, sehingga tidak dapat dipandang hanya sebelah mata.Pebedaan yang menonjol ialah pada aspek materinya. Pendidikan Islam tidak hanya mengutamakan aspek kepentingan dan kebahagiaan duniawi saja, melainkan juga mengutamakan aspek kebahagiaan ukhrawi. Selain itu, juga pendidikan agama Islam memberikan penekanan pada pembentukan pribadi yang berdasarkan ajaran-ajaran agama Islam. Hasil yang ingin diraih (out put) pendidikan yang bernuansa Isalm ini ialah keluaran akhlakul karimah (budi pekerti yang baik). Akhlak itu merupakan bagian integral dari esensi agama Islam yang diemban oleh Rasulullah SAW. Penekanan pada materi dan hasil yang berlandaskan ajaran-ajaran agama Islam ini menjadi ciri khusus bagi pendidikan Islam. Dengan demikian, dapatlah dirumuskan sebuah batasan bahwa pendidikan Islam adalah suatu proses pembentukan pribadi individu maupun sosial yang Islam, berdasarkan ajaran-ajaran yang diwahyukan Allah ta’ala kepada Rasulullah Muhammad SAW.

Sumber:
Aika, Aruna. 2016. Pendidikan di Indonesia. Gresik: AikaBuku

0 komentar